Pemanasan global tak hanya berdampak serius pada lingkungan manusia di bumi namun juga terhadap kesehatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan tahunan di Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul diidentifikasi terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan hutan, perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta kerusakan ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama maupun baru. Berbagai penyakit yang ditimbulkan parasit juga meningkat terutama di wilayah yang sering mengalami kekeringan dan banjir.
Pemanasan global juga menyebabkan musim penyerbukan berlangsung lebih lama sehingga meningkatkan resiko munculnya penyakit yang ditimbulkan oleh kutu di wilayah Eropa Utara. Peyakit lain yang teridentifikasi adalah lyme, yang disebabkan oleh semacam bakteri di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Gejalanya berupa sakit kepala, kejang, dan nyeri sendi. Penyakit itu berpindah melalui gigitan sejenis kutu rusa yang yang telah terinfeksi lyme. Bakteri yang sama juga benyek ditemukan pada tikus. Dampak lain yang terasa adalah nyamuk-nyamuk semakin berkembang biak erutama di Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat gigitan nyamuk, yaitu malaria dan demam berdarah dengue, sangat sensitif terhadap perubahan iklim. Di Indonesia kita sudah merasakannya langsung, yakni tingginya angka korban yang menderita demam berdarah.
WHO juga menyebutkan ancaman lain dari meningkatnya suhu rata-rata global, yakni penyakit yang menyerang saluran pernapasan. “Gelombang panas menyebabkan jumlah materi dan debu di udara meningkat,” kata Bettina Menne, anggota WHO divisi Eropa. Suhu udara yang semakin hangat juga membawa penyakit alergi. Kenaikan permukaan air laut akan mengakibatkan banjir dan erosi, terutama di kawasan pesisir, dan mencemari sumber-sumber air bersih. Akibatnya adalah wabah kolera dan malaria di negara miskin. Wilayah di Asia selatan, terutama Bangladesh disebut sebagai wilayah yang paling rawan karena berada di dataran rendah dan sering mengalami banjir. Mencairnya puncak es Himalaya, luasnya daerah gurun pasir dan wilayah pesisir pantai yang tercemar merupakan sarana penularan penyakit, hal ini juga menyebabkan angka kekurangan gizi pada anak-anak.
Maria Neira, direktur WHO untuk layanan kesehatan publik mengatakan bahwa kebutuhan akan peraturan penyelamatan lingkungan semakin mendesak. Menurutnya dampak dari pemanasan global sangat luas, tidak terbatas pada masalah lingkungan dan dampak ekonomi saja, namun menyangkut kesehatan manusia. Ia meminta para ahli kesehatan untuk lebih aktif terlibat dalam pembuatan peraturan tentang penggunaan energi dan konservasi lingkungan. Neira juga mengatakan agar para pemimpin politik menyiapkan tindakan yang cepat dalam menghadapi berbagai wabah penyakit.
dari sisi iptek
Ada sebuah acara Talkshow Sudut Bidik Iptek yang tayang di QTV dan TV Swara narasumber Prof. Amin Soebandrio,PhD, SpMK (Staf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Bidang Pangan dan Kesehatan) bersama Dr. Wan Alkadri, Msc (Direktur Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan).
Pada awal pembicaraan, Bapak Amin Soebandrio menjelaskan secara singkat Pemanasan Global (Global Warming) yang semakin dirasakan oleh masyarakat, terjadi disebabkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi. Hal ini terjadi karena bumi menyerap lebih banyak energi matahari, daripada yang dilepas kembali ke atmosfer (ruang angkasa), sehingga sinar matahari terperangkap yang menyebabkan terjadinya peningkatan emisi gas. Hal ini akan menimbulkan peningkatan panas bumi dan pencairan kutub es.Pak Wan Alkadri menjelaskan yang paling nyata dampak pemanasan global, antara lain kerusakan lingkungan (banjir, kebakaran hutan, dll). Hal ini berdampak terhadap kesehatan manusia, misalnya kwalitas air yang kita minum, udara yang kita hirup, makanan yang kita makan. Banyak penyakit yang ditimbulkan oleh perubahan iklim akibat pemanasan global, diantaranya penyakit lama timbul kembali, misalnya penyakit Malaria yang wilayah penyebarannya makin meluas.Hal ini diperkuat oleh Pak Amin mengingat nyamuk berkembang biak pada suhu lembab dan panas, maka dengan bertambahnya nyamuk, maka kontak dengan manusia juga bertambah.
Pak Amin juga menjelaskan dampak pemanasan global secara langsung (mis. pada suhu panas membuat manusia rentan sakit) dan dampak tidak langsung (mis. meningkatnya penyakit menular, antara lain : malaria, DBD,penyakit yang ditularkan melalui udara, melalui air) serta dampak jangka panjang, mis. perubahan tinggi air yang dapat mengakibatkan persediaan air bersih menurun, daerah yang kaya jadi miskin, yang dapat menimbulkan terjadinya konflik, dan kemudian menimbulkan masalah psikologi, mis. stress.
Ada 35 jenis penyakit infeksi baru yang timbul akibat perubahan iklim, diantaranya ebola, flu burung, dll penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia. Penyakit yang paling rentan terjadi di Indonesia, menurut Pak Wan adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat dengan cepat berkembang pada masyarakat yang kondisi gizi kurang baik dan kondisi kesehatan lingkungan yang kurang memadai.
Menurut Pak Amin, ada 4 bidang penelitian kesehatan, yaitu (1)di bidang gizi, ketersediaan pangan, (2)pengembangan obat-obatan, termasuk obat tradisional, (3)pengendalian penyakit : penyakit menular dan tidak menular, mis. typus; penyakit degeneratif, mis. penyakit jantung, paru-paru. Biasanya yang paling mudah kena adalah yang paling sensitif yaitu bayi dan orang tua, dan (4)upaya untuk mampu memproduksi alat-alat kesehatan, mis alat deteksi penyakit menular sejak dini.
Selanjutnya pak Amin juga menjelaskan salah satu langkah pencegahan melalui Sistem Bio Informatika, yaitu penanganan perubahan dengan mengadakan peringatan dini sebelum terjadi wabah, maka diharapkan wabah penyakit dapat dicegah.
Dari sisi kesehatan lingkungan, salah satu upaya yang dilakukang oleh Depkes adalah Mengembangkan Desa Sehat, yang diharapkan masyarakat tau mengatasi permasalahan yang timbul. Kemudian mencari sumber CO2 yaitu pemakaian energi. Untuk itu, Depkes mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan, antara lain memakai pengamanan vaksin (dulu memakai minyak tanah, sekarang memakai tenaga surya) serta mengubah perilaku masyarakat (menghemat pemakaian minyak tanah yaitu dengan meminum air minum isi ulang).
Mengakhiri pembicaraan, Pak Wan menyampaikan bahwa kondisi dan strategi program kesehatan yang kita kembangkan masih relevan. Dilanjutkan oleh Pak Amin, bahwa kita dapat mengendalikan perubahan yang terjadi akibat pemanasan global dengan mengendalikan sumbernya pada transportasi, pertanian, dlll sehingga efek rumah kaca menurun, serta kita dapat mencegah dengan memelihara lingkungan hidup, yang dimulai dari diri kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar